Tambunan (Pelita Batak): Memanfaatkan hari libur Valentine, beberapa dosen, Hamba Tuhan dan dokter yang merupakan pembina pemuda Shaloom Youth Ministry (SYM) serta mahasiswa bersama pemuda mengadakan "Pengabdian kepada Masyarakat". Mereka melakukan pelatihan dan pembinaan kepada sekelompok remaja dan pemuda dari Jambu Dolok Porsea dan Balige sekitarnya, Jumat-Minggu, 12-14 Februari 2021.
"Pengabdian kepada Masyarakat" dalam bentuk pembinaan dan pelatihan dilakukan untuk remaja dan pemuda siap menghadapi tantangan kehidupan masa depan yang dipenuhi dengan budaya digital. Persoalan remaja dan pemuda yang saat ini banyak merusak generasi penerus bangsa menjadi pokok perhatian pemuda SYM dan Pembina untuk diantisipasi.
Dosen yang terlibat dalam kegiatan adalah dosen Universitas Darma Agung (UDA) Medan, sedangkan dokter dari Sarulla (Taput), Kota Medan dan Pekan Baru (Riau). Pembina lainnya adalah pendeta dari STT HKBP dan guru yang ada di Pematangsiantar.
Pembina yang memberikan pemaparan terhadap pemuda adalah Besti Rohana Simbolon, S.Sos, M.Si. dari Fisipol Universitas Darma Agung. Dalam penjelasannya di hari Sabtu (13/2/2021) mengatakan bahwa komunikasi holistik merupakan cara yang tepat dalam membina pemuda dalam menghadapi problem remaja milenial.
Remaja yang tidak dapat mengenal identitas dirinya merupakan awal problem persoalannya. Oleh karena itu komunikasi holistik yang berasal dari keluarga yaitu dari orang tua dan anak serta tokoh agama dan pergaulan yang baik menjadi cara yang tepat untuk mengantisipasi remaja bertumbuh ke arah yang salah.
Krisis identitas dapat diperbaiki jika ada komunikasi holistik yang dimulai sejak dini yaitu remaja, sehingga setiap remaja yang dibina di Tambunan, Balige dapat mengaktualisasikan dirinya secara tepat. Dalam komunikasi holistik, diajarkan juga bahwa remaja sudah harus berkomunikasi dengan Penciptanya Tuhan Yesus secara pribadi setiap hari.
Hal ini penting untuk memberikan rasa percaya diri bagi remaja atas dirinya dan tidak memiliki rasa penyesalan atas keluarga atau kelemahannya.
Banyak persoalan remaja yang berujung kepada bunuh diri atau terlibat dalam kenakalan remaja yang berujung pada tindakan hukum karena krisis identitas yang mereka alami. Banyak remaja tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Mengapa ia unik dan sangat berharga.
Hal ini karena perkembangan biologis dan sosiologis remaja yang berubah sehingga jika tidak diantisipasi sejak awal berdampak pada krisis identitas yang berujung kepada kasus hukum. Remaja harus melatih diri melibatkan Tuhan Yesus dalam pergaulannya setiap hari. Remaja diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik dengan Penciptanya dan menerima identitas dirinya dengan sukacita sehingga mampu mengantisipasi setiap informasi yang salah yang didengar dari pergaulan nyata maupun dunia maya setiap hari.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat diadakan secara protokol kesehatan sejak hari Jumat Siang sampai Minggu siang. Selama tiga hari dua malam, remaja dan pembina sebelum berinteraksi dipastikan dulu kesehatannya dan selalu melakukan pengukuran suhu. Selama kegiatan, tempat kegiatan sudah dibersihkan dan disemprot dengan disinfektan.
Dalam satu hari kegiatan, aula disemprot 3 x sebelum berkumpul dan setiap peserta menerima 3 x masker dalam sehari. Dan selalu mencuci tangan. Hal ini dilakukan agar semua melakukan protokol kesehatan dalam seluruh kegiatan pemaparan materi, diskusi, pelatihan dan games. Remaja juga diberikan konseling perkembangan kepribadian.
Komunikasi antar pribadi dilakukan antara pembina perempuan dengan remaja perempuan. Demikian juga dengan pembina pria terhadap remaja pria. Bagi remaja yang sudah merokok dan memiliki masalah ditelusuri latar belakang persoalannya dan diberikan saran-saran perbaikan dan cara menyelesaikannya.
Pdt Mixon Simarmata, M.Th, yang juga merupakan salah satu pembina memaparkan bahwa remaja yang takut akan Tuhan dapat mengantisipasi persoalan LSD yaitu love, sex and Dating yang juga sering mempengaruhi remaja saat ini.
Pdt. Mixon menjelaskan bahwa hukum biologis membuat remaja mudah terjerumus menyalahgunakan tubuhnya oleh karena itu penting melibatkan Tuhan Yesus sebagai Pencipta agar tidak mudah terjerumus kepada pergaulan yang buruk yang sering menyalahgunakan perkembangan tubuhnya kepada hal yang negatif yang dapat merusak masa depannya.
Peserta remaja yang hadir adalah pemuda dari Jambu Dolok, Porsea, Balige, Dolok Sanggul, Tarutung, dan Sarulla. Semua remaja yang dibina memiliki komitmen untuk mempersembahkan hidup yang baik sejak remaja dengan melakukan pergaulan yang sehat dengan komunitas yang sehat dan tidak menutup diri dengan perkembangan yang ada dari budaya digital tetapi dengan melatih diri melakukan komunikasi secara holistik dengan Tuhan, orangtua, sahabat dan tetangga dalam menghadapi tantangan tersebut.
Turut mendukung kegiatan ini, Dr. Elisabeth Sitepu, M.Si dari Pascasarjana Universitas Darma Agung dalam hal administrasi dan Bantors Sihombing, S.Sos, M.Si dari Akademi Pariwisata dan Perhotelan Universitas Darma Agung sebagai event organiser.
Pada kesempatan tersebut, turut disampaikan ucapan terimakasih kepada Ny Sariaty PR Siregar boru Pardede, Ketua Umum Yayasan Perguruan Darma Agung, atas dukungan dan bantuannya berupa tempat dan dana, untuk suksesnya acara tersebut.(*)